Ayam kampung super (kamper) kini ramai diperbincangkan berbagai
lapisan masyarakat, mulai dari calon pembibit, peternak pembesaran DOC
ayam kamper, pengelola restoran / rumah yang menjadi konsumen paling
potensial, hingga kita sebagai konsumen biasa. Berbeda dari ayam kampung
biasa, ayam kamper memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga
bisa dipanen pada umur 50 – 60 hari, dengan bobot badan sekitar 0,8 –
1,0 kg / ekor, sesuai dengan bobot yang diinginkan restoran. Bagaimana
cara “mencetak” ayam kampung super? Ikuti penelusuran mengenai asal mula
ayam ini.
Sebenarnya banyak cara untuk mencetak ayam kamper, tergantung dari
ketersediaan bahan. Dalam penelusuran di lapangan, ada beberapa pembibit
menggunakan ayam kampung biasa, ayam cemani, ayam kedu, ayam pelung,
ayam nunukan, bahkan ayam bangkok. Tetapi mereka pasti menggunakan ayam
ras pedaging atau petelur, untuk mendongkrak performa pertumbuhan
keturunannya.
Jika Anda lihat website atau blog yang menawarkan bibit ayam kamper,
hampir semua pembibit tak pernah menyebutkan bahan yang digunakan untuk
mencetak ayam kamper. Mereka selalu bilang ini hasil persilangan ayam
kampung dan ayam ras pedaging / petelur yang sudah diseleksi. Tidak
heran jika sebuah website ayam terkenal (saya tidak bisa menyebutkan
namanya) mengkritik para pembibit ayam kamper habis-habisan, termasuk
mempersoalkan kualitas genetik ayam kamper yang dihasilkannya.
Saya tidak mau dan tak akan menghakimi para pembibit ayam kamper,
karena itu adalah rezeki yang harus diusahakannya. Masalah kualitas,
biarlah konsumen yang memberi penilaian. Sepanjang ayam ini masih
memberi kemanfaatan untuk pembibit dan konsumen, biarlah budidaya ayam
kamper bisa terus dikembangkan. Saya pribadi, juga para pengelola omkicau.com, justru ingin memberi masukan secara berkala agar para pembibit bisa berkembang menjadi lebih baik dan benar.
Salah satu cara terpopular dalam mencetak ayam kamper adalah melakukan persilangan berjenjang dengan menggunakan 3 bahan: ayam kedu, Rhode Island Red, dan White Leghorn. Dua jenis ayam yang disebut terakhir merupakan tipe ayam ras petelur.
Ketiga jenis ayam itulah yang dijadikan sebagai “great parent stock (GPS)”. Saya sengaja menulisnya dalam tanda kutip, karena memang bukan GPS sungguhan. Great parent stock harus mempunyai gen homozigot, sebagaimana dimiliki pabrik pembibitan berskala besar.
Homozigot adalah sifat / karakter dalam bentuk genotip (susunan
genetik) yang diperoleh individu ayam dari bapak atau ibunya, kemudian
diwariskan kepada anaknya. Individu homozigot ini memiliki kromosom
dengan pasangan gen (alel) yang sama pada setiap lokus gen. Lawannya
dari homozigot adalah heterozigot, di mana pasangan gen (alel) dari
setiap kromosom menempati lokus gen yang berbeda-beda.
Rhode Island Red dan White Leghorn yang selama ini digunakan pembibit ayam kamper sesungguhnya hanya final stock, atau DOC yang dipelihara sampai besar. Final stcok
pasti bersifat heterozigot. Begitu pula dengan ayam kedu, yang hingga
kini belum dilakukan pemurnian galur sehingga selalu heterozigot.
Ketiga jenis ayam inilah yang disilangkan untuk menghasilkan ayam kamper, dengan proses sebagai berikut:
- Tahap pertama, pejantan Rhode Island Red dikawinkan dengan betina ayam kedu, menghasilkan keturunan / filial pertama (F1) yang kita sebut RIRK. Untuk proses selanjutnya, yang diambil hanya F1 jantan. Dalam pembibitan besar, proses ini seperti perkawinan antar-GPS untuk menghasilkan parent stock (PS).
- Tahap kedua, pejantan ayam kedu disilangkan dengan betina White Leghorn, menghasilkan F1 yang kita sebut KWL. Untuk proses selanjutnya, yang diambil hanya F1 betina. Proses ini juga seperti perkawinan antar-GPS untuk menghasilkan PS.
- Tahap ketiga, pejantan RIRK dikawinkan dengan betina KWL, sehingga menghasilkan keturunan yang diklaim sebagai ayam kampung super. Proses ini seperti perkawinan antara dua parent stock untuk menghasilkan final stock.
- Tahap pertama, RIRK memiliki persentase 50% Rhode Island Red dan 50% Kedu
- Tahap kedua, KWL memiliki persentase 50% Kedu dan 50% White Leghorn
- Tahap ketiga, ayam kamper memiliki persentase 50% Kedu, 25% Rhode Island Red dan 25% White Leghorn.
Jadi, separo darah ayam kampung super adalah ayam kedu, dan separo
lagi ayam ras petelur. Ayam kedu, baik jantan maupun betina, memiliki
bobot badan yang lebih besar daripada ayam kampung biasa. Demikian pula
dengan ayam jantan Rhode Island Red, yang saat dewasa bobotnya bisa
mencapai 6 kg. Adapun White Leghorn merupakan ayam petelur tipe ringan,
tubuhnya langsing seperti ayam kampung.
Sekarang kita lihat warna bulunya. Ayam kedu bisa dibedakan menjadi tiga berdasarkan warna bulu, yaitu putih mulus, hitam pulus, dan blorok (campuran hitam dan putih). Rhode Island Red memiliki warna bulu cokelat kemerahan, sedangkan White Leghorn putih mulus.
Dari gambaran di atas bisa diprediksi bahwa pertumbuhan ayam kamper
lebih cepat daripada ayam kampung biasa. Kalau dipelihara secara
intensif, bobot badan bisa mencapai 0,9 – 1,1 kg pada umur 55 – 60 hari,
dengan rasa dan tekstur daging yang menyerupai ayam kampung. Bahkan
jika dibiarkan sampai dewasa, umur 5-7 bulan, ayam kamper juga bisa
menjadi ayam kampung petelur unggulan.
Kelemahannya adalah warna bulu
yang dominan putih, dan sebagian kecil berwarna cokelat atau hitam.
Jelas sekali kalau warna bulu ayam kamper mengikuti ketiga tetuanya.
Wajar jika pada masa awal kemunculan ayam kamper, banyak konsumen yang
menduga ini merupakan ayam ras petelur atau pedaging. Namun, keluhan itu
pelan-pelan memudar, setelah mengetahui jika rasa dan tekstur dagingnya
mirip dengan ayam kampung.
Meski demikian, belum semua konsumen bisa menerima kehadiran ayam
kampung super. Mereka menghendaki agar tampilan bulunya bisa beragam
seperti ayam kampung. Inilah yang perlu dijawab para pembibit ayam
kamper. Anggap saja keluhan mereka sebagai tantangan bagi Anda.
2. Persilangan ayam kampung dan ayam ras pedaging
Sebagian pembibit ayam kamper hanya menggunakan dua bahan saja, yaitu
betina ayam kampung dan pejantan ayam ras pedaging (broiler). Jenis
ayam pedaging yang bagus dijadikan bahan antara lain Hybro dan Arbor
Acres.
Sama seperti penjelasan sebelumnya, masyarakat awam hanya bisa
memperoleh ayam ras pedaging dalam bentuk final stock. Apabila Anda
memiliki anggota keluarga, kerabat, atau sahabat dekat yang bekerja di
pabrik pembibitan ayam, mungkin bisa mendapatkan parent stock Hybro dan Arbor Acres (entah bagaimana caranya), atau boleh juga jenis ayam ras pedaging lainnya.
Kalau menggunakan parent stock, lama pemeliharaan ayam kamper
hingga panen bisa dipersingkat menjadi 45 hari, dengan bobot badan
rata-rata 1,0 kg. Apabila menggunakan final stock, masa panen umumnya 50
– 60 hari dengan bobot badan 0,8 – 1,0 kg.
Cara ini memang lebih praktis, karena hanya menggunakan dua bahan,
tetapi kelemahannya makin banyak. Misalnya warna bulunya dominan putih,
bahkan lebih banyak dibandingkan dengan model pertama, dan hanya
diselingi beberapa warna hitam pada individu lainnya.
Cara ini pernah dilakukan sejumlah mahasiswa Fakultas Peternakan UGM
sekitar tahun 1986 – 1989, dipelopori Ali Agus (kini gurubesar di
fakultas tersebut), melalui program Desa Binaan Ayam Buras di Desa
Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Ini merupakan program Senat
Mahasiswa di masa kepemimpinan Ahmad Wahyudi (1985 – 1987), kemudian
saya teruskan saat didapuk menjadi ketua umum Senat Mahasiswa (1987 –
1989).
Jenis ayam ras petelur yang digunakan adalah Harco, dan yang
dijadikan bahan hanya pejantannya saja. Pejantan Harco dikawinkan
dengan betina ayam kampung. Orientasinya memang bukan ayam kampung super
untuk diambil dagingnya, tetapi untuk diambil telurnya.
Hasilnya memang bagus. Melalui pemeliharaan semi-intensif (umbaran
terpagar), produktivitas telur F1 hasil persilangan ini bisa mencapai
41,3 – 54,35%. Ayam kampung asli yang dipelihara tradisional hanya
memiliki produktivitas telur 19,03%.
Iseng-iseng saya membeli sekitar 50 ekor, kemudian saya pelihara di
Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, untuk penelitian
kecil-kecilan. Meski tujuan awalnya untuk dijadikan ayam kampung
petelur, ternyata pertumbuhan badannya lebih cepat daripada ayam kampung
biasa.
Namun, pertumbuhannya masih kalah dari dua model persilangan yang
jelaskan sebelumnya, karena bobot badan pada umur 12 minggu (3 bulan)
hanya 716 gram, dan sebulan kemudian baru mencapai 1,035 kg. Adapun
keunggulannya justru pada warna bulu yang sangat beragam, mirip dengan
ayam kampung. Rasa dan tekstur dagingnya juga tidak jauh berbeda dari
ayam kampung.
4. Persilangan ayam ras petelur dan ayam bangkok / pelung / cemani
Saya menulis ayam bangkok, ayam pelung, dan ayam cemani dengan tanda slash,
karena beberapa pembibit ayam kamper menggunakan bahan yang berbeda,
namun ayas ras petelur yang digunakan sama, yaitu White Leghorn.
Beberapa pembibit di Mojokerto, misalnya, lebih senang menggunakan ayam
bangkok. Sedangkan di Indramayu dan Bekasi umumnya menggunakan ayam
pelung dan ayam cemani.
Dalam hal ini, yang digunakan adalah betina White Leghorn dan
pejantan ayam bangkok / pelung / cemani. Tidak ada perkawinan berjenjang
di sini, sehingga induk jantan dan induk betina difungsikan sebagai “parent stock” untuk menghasilkan final stock berupa ayam kamper.
0 komentar:
Posting Komentar