Sosok ayam yang tergolong dalam bangsa ayam buras ini, dikenal dengan nama ayam Pelung. Jika sedang berkokok, terdengar merdu dan mengalun, seolah-olah mendendangkan sebuah lagu. Itulah kelebihan yang dimilikinya, tak heran ayam Pelung diperlakukan istimewa oleh penggemarnya.
Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, merupakan daerah asal ayam Pelung. Konon ada seorang kyai bernama Haji Djakarsih alias Mama Acih, bermimpi bertemu Eyang Suryakancana, putra sulung Bupati Cianjur pertama.
Dalam mimpinya Mama Acih, disuruh Eyang Suryakancana, mengambil seekor ayam jantan yang disimpan disuatu tempat. Keesokan harinya, ketika sedang mencangkul di kebun, Mama Acih menemukan seekor anak ayam jantan, yang selanjutnya diberi nama ayam Pelung, karena suara kokoknya yang melulung panjang dan berirama.
Untuk memperoleh keturunan, ayam jantan tersebut lalu dikawinkan dengan ayam kampung betina yang besar dan terpilih. Sejak saat itu, sekitar tahun 1850, ayam Pelung mulai dipelihara dan dikembangkan para bangsawan dan ulama di Cianjur. Dewasa ini, peternak dan penggemar ayam Pelung, sudah menyebar ke luar Kabupaten Cianjur. Bahkan kokok ayam Pelung, sudah menggema di negeri Jiran, Singapura dan Malaysia.
Malahan, putra Mahkota Kaisar Jepang, khusus datang ke Cianjur, untuk membeli ayam Pelung, jenis ayam asli Indonesia. Biasanya, penggemar ayam Pelung awalnya tertarik dengan postur tubuhnya yang tinggi dan besar dengan berat mencapai 5 hingga 6 kilogram. Mereka makin tertarik, setelah mendengar kokoknya yang panjang dan berirama.
Namun sayangnya, penggemar ayam Pelung saat ini tak bisa lagi menemukan jenis suara kukudur atau suara terbaik. Seluruh rangkaian suaranya, mulai dari awal sampai akhir, mengalun serasi menghasilkan suara yang bagus dan enak didengar. Yang banyak ditemui saat ini adalah jenis suara kekelur atau kukulir.
Memelihara ayam Pelung tidaklah sulit, layaknya memelihara ayam kampung biasa. Bedanya hanya pakannya. Ayam Pelung memerlukan makanan tambahan seperti pisang, nasi setengah matan, tomat atau telur mentah agar suaranya merdu.
Kandangnya pun khusus, di awal pertumbuhan atau pembiakan, ditempatkan pada kandang berpagar dibawah tempat yang nyaman dan teduh. Ketika ayam jantan tumbuh dewasa dan alunan suaranya dapat dinikmati, mulai ditempatkan di kandang yang disebut Ajeng, yaitu kandang khusus yang didirikan kurang lebih dua meter dari permukaan tanah agar lebih sering berkokok.
Lain lagi jika akan diikut sertakan dalam sebuah kontes. Selain suara, penampilan fisik ayam Pelung ini menentukan penilaian juri. Dibutuhkan persiapan khusus, minimal sebulan sebelum kontes berlangsung. Layaknya seorang putri mengikuti kontes kencantikan, ayam Pelung perlu di karantina dan sedikit dimanjakan.
Ayam pelung kualitas biasa hingga yang jenis unggulan, harga jualnya berkisar antara 500 ribu hingga 5 juta rupiah. Bila sudah menjadi juara sebuah kontes, dapat mencapai 20 juta rupiah. Tapi biasanya, pemilik ayam Pelung yang jadi jawara kontes atau masuk nominasi, tidak akan menjual ayam kesayangannya ini namun dipelihara hingga mati. Sedang yang diperjual belikan, justru keturunannya atau telurnya. Ini pun sudah memberikan untung yang sangat besar. Anak ayam Pelung kualitas biasa berusia 1 bulan laku terjual 50 ribu rupiah sepasang.
Sedang anak ayam Pelung juara, mencapai 250 riru rupiah sepasang. Telur ayam Pelung Kualitas unggul, perbutirnya laku dijual dengan harga 10 ribu rupiah, padahal rata-rata sekali bertelur, jumlahnya bisa mencapai 30 butir, syaratnya pakan harus dijaga dengan baik.
Pertumbuhan ayam Pelung sangat pesat. Setelah berusia 3 atau 4 bulan, ayam Pelung dapat dimanfaatkan sebagai ayam potong, biasanya yang kualitas suaranya kurang bagus. Rasa dagingnya pun lebih gurih dibanding ayam buras atau ayam kampung. Tak mengherankan, para peternak ayam Pelung di Cianjur, menikmati pendapatan yang menggiurkan. Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, ayam Pelung kini banyak dicari orang.
Menurut catatan, Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Indonesia atau HIPPAPI, sampai saat ini diperkirakan populasi ayam Pelung, tidak lebih dari 5000 ekor yang khusus dipelihara sebagai ayam hias untuk didengar dan dikonteskan alunan suaranya. Sedang populasi keturunan ayam Pelung untuk ayam potong mencapai 54 ribu ekor.
Ayam Pelung yang terus menerus berkokok, menandakan pemiliknya sedang bersuka cita. Namun ada pula yang menafsirkan, kokok ayam Pelung sebagai ajakan mengenang sejenak tentang diri, alam dan sang penciptanya. Setiap orang boleh memiliki penafsiran sendiri, tapi yang pasti, pengagum suara kokok ayam Pelung yang merdu dan mengalun ini akan terus bertambah banyak, seiring dengan penyebarannya ke seluruh penjuru dunia.
0 komentar:
Posting Komentar